Rabu, 10 Agustus 2011

Diduga Kelebihan Oksigen di RS, Balita Buta Matanya




Tanjungpriok, Warta Kota
DIDUGA karena pemakaian oksigen yang berlebihan di rumah sakit, seorang balita bernama Manesa yang lahir pada 14 Juli 2009 menjadi tidak bisa melihat alias buta. Anak pasangan Riki Rianto (29) dan Maria Ulfa (27) itu buta setelah dirawat RSUD Koja, Jakarta Utara, karena lahir prematur. Pasangan Riki-Maria tinggal di Jalan Kalibarutimur 6A RT 7/13, Cilincing, Jakarta Utara.
Didampingi Erwin, Ketua LBH Nahdlatul Ulama Wilayah Jakarta Utara, nenek Manesa yang bernama Saira (51) mengatakan, cucunya baru diketahui mengalami gangguan penglihatan enam bulan setelah kelahirannya.
"Kebutaan Manesa diketahui setelah diperiksa ke Puskesmas Koja," ucap Saira yang juga didampingi orangtua Manesa di Kantor Nahdlatul Ulama Wilayah Jakarta Utara, di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, Kamis (9/6) sore. Mendengar keterangan dari puskesmas, Maria dan Riki bingung. Karena ketika lahir di RSUD Koja tak ada keterangan bahwa Manesa mengalami gangguan penglihatan.
Karena kebingungan, Riki dan Maria pun meminta bantuan Erwin. Lalu oleh Erwin, Manesa dibawa ke RSCM untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan RSCM menguatkan kesimpulan dokter di Puskesmas Koja bahwa Manesa mengalami kebutaan permanen.
Kebutaan diduga karena pemakaian oksigen yang berlebihan saat proses melahirkan. "Sebenarnya kebutaan bisa dicegah bila ada upaya penanganan lanjutan," kata Erwin.
Untuk memastikan hasil pemeriksaan medis itu, Erwin membawa Manesa ke RS Aini. Dari hasil pemeriksaan medis di rumah sakit mata itu diketahui bahwa kebutaan Manesa disebabkan pemakaian oksigen berlebihan hingga mengakibatkan saraf mata Manesa terlepas dari retina atau disebut Retinophaty of prematurity (ROP). Keterangan itu tertuang dalam hasil pemeriksaan ultrasonografi yang ditandatangani oleh dr Lumongga dan dikeluarkan pada 14 Maret 2011.
Selain itu dokter di RS Aini menyebutkan kebutaan Manesa bukan karena bawaan lahir, melainkan karena adanya kesalahan dalam proses kelahiran.
Hal ini makin menguatkan Riki dan Maria bahwa kebutaan Manesa karena kesalahan penanganan medis.
Sebagai kuasa hukum, Erwin mengaku telah beberapa kali menghubungi RSUD Koja. Namun tak ada jawaban memuaskan. Bahkan dirinya telah melayangkan surat somasi hingga tiga kali. Namun tetap tidak ada jawaban. Oleh karena itu, dirinya memutuskan untuk membawa kasus ini ke jalur hukum. "Surat somasi kami yang terakhir dikirimkan pada 18 Mei 2011. Tapi sampai sekarang belum ada tanggapan," ujar Erwin.
Ia menilai sudah terjadi tindak pidana yang dilakukan pihak RSUD Koja sesuai pasal 304, 306, 359, 361 KUHP. "Pihak RSUD Koja juga telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak pasien sebagaimana ditegaskan dalam pasal 54, 58, dan 133 Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan," tutur Erwin.
Nabrak-nabrak
Saira dan orangtua Manesa mengatakan, setiap harinya Manesa tidak terlalu berbeda dengan balita lain. Bahkan bocah itu dapat dibilang cukup lincah. Namun karena kebutaannya, seringkali bocah malang itu menabrak lemari maupun benda-benda yang ada di depannya ketika sedang berjalan.
"Kalau bangun tidur, Manesa suka memukul sisi kiri kepalanya dengan sangat keras. Dan juga, seringkali cucu saya menekan kedua matanya sambil terpejam dengan menggunakan jari-jarinya," kata Saira.
Orangtua Manesa yang penghasilannya pas-pasan terpaksa meminta bantuan hukum kepada LBH Nahdlatul Ulama. Maria bekerja sebagai penjaga toko di ITC Mangga Dua. Sedangkan Riki berjualan sayur keliling di daerah Pademangan, Jakarta Utara.
Kenapa sekarang
Sementara itu Kuasa Hukum RSUD Koja, Yohanes, mengatakan, pihak RSUD Koja menilai bahwa mereka bukanlah pihak yang harus bertanggungjawab dengan kebutaan Manesa. Sebab saat dilahirkan, tidak ada kelainan apa-apa pada bocah itu.
Selain itu, menurut Yohanes, kedua orangtua Manesa, memaksa meminta pulang kepada pihak rumah sakit saat Manesa sedang menjalani perawatan di inkubator. "Lagi pula, kenapa baru sekarang melapor kalau ada kelainan pada anaknya? Kenapa tidak dua tahun yang lalu, saat anaknya baru dilahirkan?" ujar Yohanes. (Sigit Nugroho)

Tragis bacanya g tega liat anak sekecil itu hrs bertahan hidup dengan kebutaan. Hmmm..mudah-mudahan g ada lagi ayu lain yang sperti itu.
Tapi masih penasaran..sebenarnya buta permanen itu seperti apa??terus apakah orang tersebut masih bisa menerima donor mata dari orang lain??kalau iya semoga segera mendapatkan donor mata yg cocok ya ayu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar