Sabtu, 20 Agustus 2011

Charlie: Si Jenius Dungu




Sebelumnya kita review dulu yaa...

Novel ini diterjemahkan dari Flowers for Algernon. Bercerita tentang kisah hidup seorang pemuda terbelakang mental yang bernama Charlie. Dengan tingkat Intelligence Quetiont (IQ) 68, ia kerap jadi pusat ejekan teman-teman sepergaulannya.

Namun, beruntung ada seorang ilmuwan yang mau membantu dengan keberadaan Charlie. Sang ilmuwan sepakat untuk melakukan percobaan yang bisa meningkatkan kecerdasannya. Eksperimen unik sejenis ini pernah sukses sebelumnya pada seekor tikus.

Setelah diterapkan pada Charlie, secara menakjubkan tingkat kecerdasannya menjadi berubah drastis. Bahkan hampir menuju ke taraf kecerdasan yang boleh dibilang jenius.

Lalu, bagaimana nasib si pemuda Charlie selanjutnya? Apakah dengan percobaan ini memiliki resiko tersembunyi yang mungkin bisa membuat Charlie menjadi hebat atau malah akan membahayakan kepribadiannya di masa depan?

Jika dibaca dari sinopsisnya, awalnya saya kira ini novel ini kurang menarik karena di awal penulisannya banyak ditemukan penulisan dengan ejaan yang "kebolak-balik". Tapi ternyata setelah dibaca lebih lanjut ternyata saya baru menyadari itulah konsep penulis novel tersebut mengkemas cerita fiksi namun dibuat seolah itu true story dalam bentuk buku harian "Charlie" hingga operasi selesai.


Novel ini sangat menyentuh, bahkan untuk saya yang lebih banyak bergantung pada logika daripada perasaan.
Kita bisa merasakan bagaimana perasaan seorang yang begitu polos, seorang Carlie yang ber IQ sangat rendah dalam kehidupannya yang dia tulis dengan “bahasanya” dalam sebuah buku. Bagaimana perasaan dia kepada teman-temannya yang bahkan dia tidak sadar kalau mereka hanya menjadikan dia sebagai permainan. Tetapi dalam waktu cepat tiba-tiba menjadi cerdas bahkan genius, kita bisa melihat bagaimana proses perkembangan kecerdasannya setiap hari, dan apa yang dia lihat, pikir dan rasakan pada kehidupannya yang tidak jauh berubah tetapi dengan otak dan pola pikir yang sangat berubah. Dari buku ini saya belajar banyak tentang perasaan dan pola pikir yang berbeda dan yang lebih penting lagi sebaiknya kita meremehkan seseorang meskipun dia memiliki IQ yang rendah, karena keberhasilan seseorang tidak diukur dari cerdas atau tidaknya orang tsb tapi lebih pada bagaimana cara atau usahanya untuk mengembangkan wawasannya dan memperbaiki kehidupannya. Saya pikir tidak salah jika saya merekomendasikan buku ini terutama untuk praktisi psikologi, penggemar fiksi ilmiah, orang-orang yang suka membahas perasaan, menyelami perasaan orang lain.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar